Guru
Pembimbing Tugas Makalah
Annisa
Listyani A,md.AK Serologi
Reaksi Alergi
Disusun oleh :
Amalia Ruslina 131410161
XI ankes 2
Jl Dharmais No.04
Cimandala Sukaraja Kab. Bogor Jawa Barat
Tahun pelajaran
2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas berkat rahmat dan hidayahNyalah sehingga makalah yang berjudul
reaksi alergi ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas yang diberikan guru pembimbing serologi teori.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bogor,
Oktober 2014
(Amalia
Ruslina)
Daftar Isi
Kata
pengantar ……………………………………………………….…………………….….....… 2
Daftar
isi …………...……………………………………………………………………….….…… 3
Ucapan
Terima Kasih ……………………………………………........………………….…....…..... 4
Bab
I Pendahuluan …………………………………………………………………………...…....... 5
A. Latar
belakang …………………………………………………………………….…..….................. 5
B. Tujuan
…………………………………………………………………………...…..…............…… 6
Bab
II Pembahasan …………………………………………………………………………...…….. 7
A. Definisi
………………………………………………………………………………...............……. 7
B. Macam-macam
……………………………………………………………………….....…….......... 7
C. Diagnose
…………………………………...……………………...…………………....…...........… 7
D. Antibiotic
………………………………...………………....………………….……............………. 8
1. Gejala
…………………………………………………....………………...……...…….. 8
2. Pengobatan
……………………………………………...…………..…...……….…..…. 9
E. Gigitan
dan sengatan ………………………………………...……….…….……...........................…. 9
1. Sengatan
serangga ………………………………………...…….…….…………...…….. 9
2. Perjalan
klinis ………………………………………………….………………………… 9
3. Pencegahan
……………………...………………………………………...……......….. 10
4. Pertolongan
pertama reaksi kecil ………………………………………………..…...….. 10
5. Pengobatan
……………………………………………………………………...……… 11
Bab III Penutup ………………………………….……………………………………...…………..
12
A. Kesimpulan
…………………………………………………………………..……………............... 12
Daftar Pustaka
…………………………………....…………………….…………………………... 13
Ucapan Terima
Kasih
Assalamu’alaikum WR.WB
Syukur
Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki
keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan
dan kekuatan didalam penyusunan makalah ini. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW. keluarga dan para sahabatnya dan
penegak sunnah-Nya sampai kelak akhir zaman. Terima kasih kepada ibu Annisa
Listyani A,md.AK selaku guru mata pelajaran serologi, kepada ayah dan ibunda
tercinta serta sahabat-sahabat yang
turut mendukung saya.
Bogor,
Oktober 2014
(Penulis)
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Istilah alergi
digunakan pertama kali digunakan oleh Clemens von Pirquet bahan yang sama untuk
kedua kalinya atau lebih. Reaksi alergi dapat mempengaruhi hampir semua
jaringan atau organ dalam tubuh, dengan manifestasi klinis tergantung pada
organ target. Manifestasi klinis umum dari alergi termasuk asma, dermatitis
atopik, rinitis alergik, dan urtikaria / angioedema.
Alergi makanan
dan dermatitis atopik adalah umum pada anak usia dini. Dan berisiko terjadinya
asma dan rinitis pada anak di kemudian hari. Manifestasi alergi dapat mengancam
hidup seperti asma parah dan reaksi anafilaksis. Prevalensi alergi mengalami
kenaikan pada dekade terakhir terutama pada sosial ekonomi tinggi dan daerah
industri.
Alergi adalah
reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh mekanisme imunologis spesifik
yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Proses alergi meliputi dua
langkah yaitu langkah pertama dimulai dengan kepekaan, selama tahap awal dari
sensitisasi, menghasilkan sejumlah besar antibodi IgE terhadap alergen yang
dihirup, ditelan, atau zat disuntikkan. Sebagian sel B memori akan muncul yang
mampu menghasilkan lebih banyak antibodi IgE spesifik jika terpapar kembali
dengan alergen yang sama di kemudian hari. Tahap kedua pembentukan antibodi IgE
untuk menempel pada reseptor yang dimiliki oleh basofil atau sel mast di mukosa
permukaan kulit, saluran pencernaan, dan sistem pernafasan.
Tes alergi telah
digunakan sejak 30 tahun yang lalu. Pemeriksaan IgE spesifik digunakan sejak
tahun 1990an. Pemeriksaan alergi meliputi tes in vitro dan in vivo.
Pemeriksaaan in
vivo berupa tes uji kulit. Pemeriksaan in vitro berupa pemeriksaan IgE, yaitu
IgE total dan IgE spesifik. Pemeriksaan IgE spesifik sangat spesifik namun sensitifitasnya
tidak sebaik tes kulit.
IgE merupakan
mediator pada hipersensitivitas tipe cepat termasuk asma, rinitis alergik,
urtikaria dan dermatitis atopik. Kondisi ini merupakan hasil interaksi antara
alergen, IgE spesifik, mast sel atau basofil yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada membran sel. IgE ini dapat dideteksi dalam serum melalui immune
assay. Spesifisitas dan sensitivitas IgE spesifik adalah dalam kisaran 85-95%.
Pemeriksaan IgE
spesifik untuk mengevaluasi anak dengan gejala alergi dapat dilakukan dengan
jenis alergen yaitu pada dermatitis atopik yang tersering adalah putih telur,
susu, tepung, tungau debu rumah dan pada rhinitis atau asma alergen tersering
adalah tungau debu rumah, kucing atau anjing, kecoa dan alternaria tenuis.
Penelitian di
Makasar menunjukkan terdapat hubungan antara beratnya rinitis dengan diameter
bentol tes cukit kulit dan kadar IgE tungau debu rumah pada pasien rinitis di
Makasar.
Alergen yang
sangat berperan pada rinitis alergik di Indonesia adalah tungau debu rumah.
Penelitian Alimah Y di Makasar melaporkan pada unit rawat jalan didapatkan
jenis alergen inhalan positif yang terbanyak adalah tungau debu rumah sebanyak
75% dan debu rumah sebanyak 60%.
Penelitian
Wistiani di Semarang melaporkan bahwa alergen tersering pada asma dan rinitis
alergik adalah tungau debu rumah, serpihan binatang peliharaan, kecoa dan jamur
pada penderita rawat jalan di RSUP Dr. Kariadi.
Penelitian
mengenai Alergi di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Semarang masih
sangat terbatas, khususnya alergi pada anak di Semarang. Penelitian ini akan
mengetahui hubungan IgE spesifik sebagai factor risiko terjadinya asma, rinitis
alergik dan dermatitis atopik pada anak
usia 6-7 tahun di Semarang. Dengan diketahuinya jenis alergen maka pencegahan
terhadap kejadian alergi pada anak dapat
lebih efektif dicegah.
B. Tujuan
Tujuan umum makalah ini adalah agar
para pembaca dapat mengetahui definisi dari reaksi hipersensitivitas. Tentang
gejala yang timbul sebab akibat sampai cara pengobatan yang tepat untuk
penderita reaksi hipersensitivitas.
Bab II
Pembahasan
A.
Definisi
Reaksi
alergi adalah reaksi-reaksi dari system kekebalan yang terjadi ketika jaringan
tubuh yang normal mengalami cedera atau terluka.
Alergi
atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan
terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau
berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
allergen.
B.
Macam macam
reaksi alergi
§ Rhinitis
Alergika Musiman
§ Rhinitis
Alergika Pereneal
§ Konjungtivitas
Alergika
§ Alergi
& Intoleransi Makanan
§ Anafilaksis
§ Mastositosis
§ Alergi
Fisik
§ Reaksi
Alergi Akibat Olah Raga
C.
Diagnosa
Tujuan
utama dari diagnosis adalah mengenali allergen, bisa berupa tumbuhan musim
tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu
(misalnya bulu kucing, obat atau makanan). Jika bersentuhan dengan kulit atau
masuk kedalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan, allergen bisa
menyebabkan reaksi alergi.
Pemeriksaan
darah bisa menunjukkan banyak eosinophil (sejenis sel darah putih yang
seringkali meningkat selama terjadi reaksi alergi). Tes RAS
(radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar IgE dalam darah yang
spesifik untuk allergen individual.
Tes
kulit sangat bermanfaat untuk menentukan allergen penyebab terjadinya reaksi
alergi. Larutan encer yang secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah
yang sangat kecil. Jika terdapat alergi, maka pada tempat penyuntikkan akan
terbentuk bentol (seperti kaligata) dalam waktu 15-20 menit.
Jika
tes kulit keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes RAS. Tetapi tes kulit
biasanya sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh
dengan segera.
D.
Antibiotic
Antibiotic
digunakan untuk mengobati, mencegah dan mengelola infeksi yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, menyebabkan penyakit. Ketika bakteri menyerang tubuh,
menyebabkan gangguan fungsi, dan system kekebalan tubuh gagal untuk melawannya,
antibiotic kuat diresepkan untuk membantu system kekebalan tubuh.
Sebuah
catatan untuk diingat adalah bahwa antibiotic hanya dapat mengurangi infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, dan bukan oleh virus yang menyebabkan pilek dan
flu. Ada saat ketika tubuh kita menghasilkan reaksi alergi terhadap antibiotic,
bahkan ketika digunakan dengan hati-hati.
1. Gejala
Dalam
kebanyakan kasus, gejala alergi antibiotic dimulai dalam waktu 24 jam.
Kesulitan bernafas diikuti dengan serangan tersedak batuk dan mengi juga
mungkin merupakan gejala dari reaksi alergi terhadap antibiotic. Kesulitan
dalam menelan makanan , mual , dan muntah juga terjadi dalam beberapa kasus.
Syok anafilaksis merupakan reaksi alergi yang sangat serius yang memerlukan
perhatian medis segera.
Reaksi
alergi terhadap antibiotic pada anak-anak mirip seperti orang dewasa, dapat
mengembangkan serangan diare dan ketidaknyamanan perut. Amoksisilin dan
ampisilin sangat umum diresepkan untuk anak-anak muda dan umum menyebabkan
reaksi alergi terhadap antibiotic pada bayi juga. Antibiotic lain yang dapat
menyebabkan alergi termasuk penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, sulfonamide
(obat-obatan sulfa), vankomisin, nitrofurantoin, ciprofloxacin, dll.
2. Pengobatan
Langkah
utama menuju pengobatan adalah menghentikan antibiotic dan mencari perawatan
medis segera. Jangka waktu pengobatan tergantung pada keparahan dari gejala
alergi. Ruam sederhana diobati dengan antihistamin dan atau kortikosteroid
dikombinasikan dengan menenangkan emolien untuk mengendalikan gatal dan
mengurangi peradangan dan kemerahan.
Untuk
mengontrol batuk, mengi dan sesak nafas dapat diresepkan satu inhaler. Syok
anafilaktik umumnya dirawat dengan epinefrin suntik. Konsultasikan dengan
dokter jika anda melihat reaksi, dan obat berubah.
E.
Gigitan Dan
Sengatan
Kebanyakan
gigitan dan sengatan menghasilkan terlokalisasi gatal dan pembengkakan yang
menetap dalam beberapa hari. Nyamuk dan lalat dapat menyebabkan gatal gigitan
jahat. Reaksi alergi yang serius sangat jarang, bahkan ketika bengkak besar dan
tidak nyaman. Ulat dapat menyebabkan iritasi parah dari menyentuh punggung
mereka, yang melekat pada kantung racun dibawah kulit.
Anafilaksis
berikut gigitan ular juga telah dilaporkan, walaupun ini sangat jarang. Bull
semut kadang-kadang dapat menyebabkan anafilaksis. Penyebab utama dari reaksi
anafilaksis semut sengatan adalah semut Australia “Jack Jumper”
1.
Sengatan serangga
Gejala mencakup ruam, pembengkakan lidah atau tenggorokan,
kesulitan bernapas, kejang perut, diare, muntah atau bahkan penurunan tekanan
darah (syok). Meskipun serangga “hymenoptera” (serangga bersayap selaput),
venoms mereka sangat berbeda. Alergi terhadap salah satu biasanya tidak
meningkatkan risiko reaksi yang lain.
2. Perjalan klinis
§ Gigitan
Reaksi local seperti nyamuk dan serangga midges
cenderung menjadi kurang parah dengan waktu. Sayangnya, reaksi untuk menyengat
serangga cenderung bertahan pada anak-anak daripada orang dewasa.
§ Terisolasi reaksi local
Individu yang memiliki ruam atau pembengkakan local
besar saja memiliki kurang dari 1 dalam 10 peluang untuk mengembangkan reaksi
alergi yang serius dengan sengatan lebih lanjut. Imunoterapi tidak ditunjukkan
§ Reaksi umum yang tanpa mengancam nyawa
Generalized gejala gatal-gatal tanpa kesulitan
bernapas atau penurunan tekanan darah tidak nyaman, tetapi tidak berbahaya.
Jenis reaksi alergi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa
dan memiliki kurang dari 10% kesempatan untuk maju ke anafilaksis. Imunoterapi
tidak dianjurkan
§ Anafilaksis
Risiko terhadap reaksi seriuslebih lanjut adalah
mengalami episode shock atau kesulitan bernapas yang parah setelah sengatan.
Orang dewasa mempunyai risiko yang lebih besar dari anak-anak. Setiap orang
dengan riwayat suatu reaksi umum dan berat dari sengatan serangga harus dirujuk
ke spesialis alergi untuk dilakukan evaluasi dan pencegahan.
3. Pencegahan
-
Hindari berada
diluar ruangan di pagi hari atau di senja hari.
-
Memeriksa dan
mengamati kamungkinan gigitan kutu pada malam hari sebelum tidur.
-
Menggunakan
pakaian berwarna muda, yang meliputi sebagian besar tubuh (terutama kaki) dang
menghindari aroma.
-
Alergi orang
harus memakai celana panjang dan sepatu saat berada diluar dan memakai sarung
tangan saat berkebun.
4. Pertolongan pertama reaksi kecil
-
Lebah biasanya
meninggalkan berduri sengatan dikulit dan mati.
-
Menjentikkan
sengatan keluar sesegera mungkin akan mengurangi jumlah racun yang disuntikkan.
-
Tawon dan semut
banteng jarang meninggalkan sengatan dikulit. Dingin bungkus dang menenangkan
krim sering membantu.
-
Kadang-kadang
obat-obatan seperti antihistamin yang diperlukan, dan kortison tablet untuk
menyelesaikan pembengkakan.
5. Pengobatan
Pasien dengan mangancam hidup (anafilaksis) reaksi
biasanya disarankan untuk :
§ Hindari obat yang dapat meningkatkan keparahan
anafilaksis atau menyulitkan pengobatannya. Beta bloker (dan mungkin ACE
inhibitor)
§ Mendesak mencari bantuan medis jika disengat.
§ Membawa injeksi adrenalin (seperti apiPen) untuk
mengobati reaksi alergi parah.
§ Immunoterapi dapat mengurangi keparahan alergi.
§ Immunoterapi (desensitisasi) suntikan dapat membantu
untuk “mematikan” reaksi alergi dari waktu ke waktu. Tindakan ini efektif untuk
pengobatan sengat lebah dan tawon. Sayngnya, tidak ada “vaksin” pada saat ini
untuk mengobati “jumper semut” alergi.
§ Immunoterapi tidak membantu pada pasien dengan
pembengkakan local besar sendirian dan mungkin tidak diperlukan pada pasien
dengan ruam terisolasi. Lamanya pengobatan umumnya selama 3-5 tahun.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Istilah alergi digunakan pertama kali digunakan oleh
Clemens von Pirquet bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. Reaksi
alergi adalah reaksi-reaksi dari system kekebalan yang terjadi ketika jaringan
tubuh yang normal mengalami cedera atau terluka.
Macam-macam reaksi alergi yaitu Rhinitis Alergika
Musiman, Rhinitis Alergika Pereneal, Konjungtivitas Alergika, Alergi &
Intoleransi Makanan, Anafilaksis, dan lain-lain. Tujuan utama dari diagnosis
adalah mengenali allergen, bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk
rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau
makanan).
Sebuah catatan untuk diingat adalah bahwa antibiotic
hanya dapat mengurangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan bukan oleh
virus yang menyebabkan pilek dan flu, gejala alergi antibiotic dimulai dalam
waktu 24 jam.
Daftar Pustaka