Sabtu, 24 Januari 2015

makalah serologi : reaksi alergi



Guru Pembimbing                                                                                                   Tugas Makalah
Annisa Listyani A,md.AK                                                                                          Serologi

Reaksi Alergi

Description: D:\folder amel\logo ph.jpg
Disusun oleh :
Amalia Ruslina    131410161
XI ankes 2

Jl Dharmais No.04 Cimandala Sukaraja Kab. Bogor Jawa Barat
Nomor telepon: (0251) 7111660. Website : www.smkpelitahusada.com
Tahun pelajaran 2014/2015
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahNyalah sehingga makalah yang berjudul reaksi alergi ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan guru pembimbing serologi teori.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.








Bogor, Oktober 2014

(Amalia Ruslina)


                                                      Daftar Isi    

Kata pengantar ……………………………………………………….…………………….….....… 2
Daftar isi …………...……………………………………………………………………….….…… 3
Ucapan Terima Kasih ……………………………………………........………………….…....…..... 4
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………………...…....... 5
A.    Latar belakang …………………………………………………………………….…..….................. 5
B.     Tujuan …………………………………………………………………………...…..…............…… 6
Bab II Pembahasan …………………………………………………………………………...…….. 7
A.    Definisi ………………………………………………………………………………...............……. 7
B.     Macam-macam ……………………………………………………………………….....…….......... 7
C.     Diagnose …………………………………...……………………...…………………....…...........… 7
D.    Antibiotic ………………………………...………………....………………….……............………. 8
1.      Gejala …………………………………………………....………………...……...…….. 8
2.      Pengobatan ……………………………………………...…………..…...……….…..…. 9
E.     Gigitan dan sengatan ………………………………………...……….…….……...........................…. 9
1.      Sengatan serangga ………………………………………...…….…….…………...…….. 9
2.      Perjalan klinis ………………………………………………….………………………… 9
3.      Pencegahan ……………………...………………………………………...……......….. 10
4.      Pertolongan pertama reaksi kecil ………………………………………………..…...….. 10
5.      Pengobatan ……………………………………………………………………...……… 11
Bab III Penutup ………………………………….……………………………………...………….. 12
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………..……………............... 12
Daftar Pustaka …………………………………....…………………….…………………………... 13


Ucapan Terima Kasih

Assalamu’alaikum WR.WB
Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan didalam penyusunan makalah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW. keluarga dan para sahabatnya dan penegak sunnah-Nya sampai kelak akhir zaman. Terima kasih kepada ibu Annisa Listyani A,md.AK selaku guru mata pelajaran serologi, kepada ayah dan ibunda tercinta  serta sahabat-sahabat yang turut mendukung saya.








Bogor, Oktober 2014

(Penulis)


Bab I
Pendahuluan

A.   Latar belakang
Istilah alergi digunakan pertama kali digunakan oleh Clemens von Pirquet bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. Reaksi alergi dapat mempengaruhi hampir semua jaringan atau organ dalam tubuh, dengan manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari alergi termasuk asma, dermatitis atopik, rinitis alergik, dan urtikaria / angioedema.
Alergi makanan dan dermatitis atopik adalah umum pada anak usia dini. Dan berisiko terjadinya asma dan rinitis pada anak di kemudian hari. Manifestasi alergi dapat mengancam hidup seperti asma parah dan reaksi anafilaksis. Prevalensi alergi mengalami kenaikan pada dekade terakhir terutama pada sosial ekonomi tinggi dan daerah industri.

Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh mekanisme imunologis spesifik yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Proses alergi meliputi dua langkah yaitu langkah pertama dimulai dengan kepekaan, selama tahap awal dari sensitisasi, menghasilkan sejumlah besar antibodi IgE terhadap alergen yang dihirup, ditelan, atau zat disuntikkan. Sebagian sel B memori akan muncul yang mampu menghasilkan lebih banyak antibodi IgE spesifik jika terpapar kembali dengan alergen yang sama di kemudian hari. Tahap kedua pembentukan antibodi IgE untuk menempel pada reseptor yang dimiliki oleh basofil atau sel mast di mukosa permukaan kulit, saluran pencernaan, dan sistem pernafasan.

Tes alergi telah digunakan sejak 30 tahun yang lalu. Pemeriksaan IgE spesifik digunakan sejak tahun 1990an. Pemeriksaan alergi meliputi tes in vitro dan in vivo.
Pemeriksaaan in vivo berupa tes uji kulit. Pemeriksaan in vitro berupa pemeriksaan IgE, yaitu IgE total dan IgE spesifik. Pemeriksaan IgE spesifik sangat spesifik namun sensitifitasnya tidak sebaik tes kulit.

IgE merupakan mediator pada hipersensitivitas tipe cepat termasuk asma, rinitis alergik, urtikaria dan dermatitis atopik. Kondisi ini merupakan hasil interaksi antara alergen, IgE spesifik, mast sel atau basofil yang menyebabkan terjadinya perubahan pada membran sel. IgE ini dapat dideteksi dalam serum melalui immune assay. Spesifisitas dan sensitivitas IgE spesifik adalah dalam kisaran 85-95%.
Pemeriksaan IgE spesifik untuk mengevaluasi anak dengan gejala alergi dapat dilakukan dengan jenis alergen yaitu pada dermatitis atopik yang tersering adalah putih telur, susu, tepung, tungau debu rumah dan pada rhinitis atau asma alergen tersering adalah tungau debu rumah, kucing atau anjing, kecoa dan alternaria tenuis.
Penelitian di Makasar menunjukkan terdapat hubungan antara beratnya rinitis dengan diameter bentol tes cukit kulit dan kadar IgE tungau debu rumah pada pasien rinitis di Makasar.
Alergen yang sangat berperan pada rinitis alergik di Indonesia adalah tungau debu rumah. Penelitian Alimah Y di Makasar melaporkan pada unit rawat jalan didapatkan jenis alergen inhalan positif yang terbanyak adalah tungau debu rumah sebanyak 75% dan debu rumah sebanyak 60%.
Penelitian Wistiani di Semarang melaporkan bahwa alergen tersering pada asma dan rinitis alergik adalah tungau debu rumah, serpihan binatang peliharaan, kecoa dan jamur pada penderita rawat jalan di RSUP Dr. Kariadi.
Penelitian mengenai Alergi di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Semarang masih sangat terbatas, khususnya alergi pada anak di Semarang. Penelitian ini akan mengetahui hubungan IgE spesifik sebagai factor risiko terjadinya asma, rinitis alergik dan dermatitis atopik pada  anak usia 6-7 tahun di Semarang. Dengan diketahuinya jenis alergen maka pencegahan terhadap kejadian  alergi pada anak dapat lebih efektif dicegah.

B.     Tujuan
Tujuan umum makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui definisi dari reaksi hipersensitivitas. Tentang gejala yang timbul sebab akibat sampai cara pengobatan yang tepat untuk penderita reaksi hipersensitivitas.



Bab II
Pembahasan
A.   Definisi
Reaksi alergi adalah reaksi-reaksi dari system kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera atau terluka.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
B.   Macam macam reaksi alergi
§  Rhinitis Alergika Musiman
§  Rhinitis Alergika Pereneal
§  Konjungtivitas Alergika
§  Alergi & Intoleransi Makanan
§  Anafilaksis
§  Mastositosis
§  Alergi Fisik
§  Reaksi Alergi Akibat Olah Raga

C.   Diagnosa
Tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali allergen, bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau makanan). Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk kedalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan, allergen bisa menyebabkan reaksi alergi.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinophil (sejenis sel darah putih yang seringkali meningkat selama terjadi reaksi alergi). Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar IgE dalam darah yang spesifik untuk allergen individual.
Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan allergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terdapat alergi, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol (seperti kaligata) dalam waktu 15-20 menit.
Jika tes kulit keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes RAS. Tetapi tes kulit biasanya sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan segera.
D.    Antibiotic
Antibiotic digunakan untuk mengobati, mencegah dan mengelola infeksi yang disebabkan oleh berbagai bakteri, menyebabkan penyakit. Ketika bakteri menyerang tubuh, menyebabkan gangguan fungsi, dan system kekebalan tubuh gagal untuk melawannya, antibiotic kuat diresepkan untuk membantu system kekebalan tubuh.
Sebuah catatan untuk diingat adalah bahwa antibiotic hanya dapat mengurangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan bukan oleh virus yang menyebabkan pilek dan flu. Ada saat ketika tubuh kita menghasilkan reaksi alergi terhadap antibiotic, bahkan ketika digunakan dengan hati-hati.
1.  Gejala
Dalam kebanyakan kasus, gejala alergi antibiotic dimulai dalam waktu 24 jam. Kesulitan bernafas diikuti dengan serangan tersedak batuk dan mengi juga mungkin merupakan gejala dari reaksi alergi terhadap antibiotic. Kesulitan dalam menelan makanan , mual , dan muntah juga terjadi dalam beberapa kasus. Syok anafilaksis merupakan reaksi alergi yang sangat serius yang memerlukan perhatian medis segera.
Reaksi alergi terhadap antibiotic pada anak-anak mirip seperti orang dewasa, dapat mengembangkan serangan diare dan ketidaknyamanan perut. Amoksisilin dan ampisilin sangat umum diresepkan untuk anak-anak muda dan umum menyebabkan reaksi alergi terhadap antibiotic pada bayi juga. Antibiotic lain yang dapat menyebabkan alergi termasuk penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, sulfonamide (obat-obatan sulfa), vankomisin, nitrofurantoin, ciprofloxacin, dll.
2.  Pengobatan
Langkah utama menuju pengobatan adalah menghentikan antibiotic dan mencari perawatan medis segera. Jangka waktu pengobatan tergantung pada keparahan dari gejala alergi. Ruam sederhana diobati dengan antihistamin dan atau kortikosteroid dikombinasikan dengan menenangkan emolien untuk mengendalikan gatal dan mengurangi peradangan dan kemerahan.
Untuk mengontrol batuk, mengi dan sesak nafas dapat diresepkan satu inhaler. Syok anafilaktik umumnya dirawat dengan epinefrin suntik. Konsultasikan dengan dokter jika anda melihat reaksi, dan obat berubah.

E.    Gigitan Dan Sengatan
Kebanyakan gigitan dan sengatan menghasilkan terlokalisasi gatal dan pembengkakan yang menetap dalam beberapa hari. Nyamuk dan lalat dapat menyebabkan gatal gigitan jahat. Reaksi alergi yang serius sangat jarang, bahkan ketika bengkak besar dan tidak nyaman. Ulat dapat menyebabkan iritasi parah dari menyentuh punggung mereka, yang melekat pada kantung racun dibawah kulit.
Anafilaksis berikut gigitan ular juga telah dilaporkan, walaupun ini sangat jarang. Bull semut kadang-kadang dapat menyebabkan anafilaksis. Penyebab utama dari reaksi anafilaksis semut sengatan adalah semut Australia “Jack Jumper”

1.      Sengatan serangga
Gejala mencakup ruam, pembengkakan lidah atau tenggorokan, kesulitan bernapas, kejang perut, diare, muntah atau bahkan penurunan tekanan darah (syok). Meskipun serangga “hymenoptera” (serangga bersayap selaput), venoms mereka sangat berbeda. Alergi terhadap salah satu biasanya tidak meningkatkan risiko reaksi yang lain.
2.      Perjalan klinis
§  Gigitan
Reaksi local seperti nyamuk dan serangga midges cenderung menjadi kurang parah dengan waktu. Sayangnya, reaksi untuk menyengat serangga cenderung bertahan pada anak-anak daripada orang dewasa.



§  Terisolasi reaksi local
Individu yang memiliki ruam atau pembengkakan local besar saja memiliki kurang dari 1 dalam 10 peluang untuk mengembangkan reaksi alergi yang serius dengan sengatan lebih lanjut. Imunoterapi tidak ditunjukkan
§  Reaksi umum yang tanpa mengancam nyawa
Generalized gejala gatal-gatal tanpa kesulitan bernapas atau penurunan tekanan darah tidak nyaman, tetapi tidak berbahaya. Jenis reaksi alergi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa dan memiliki kurang dari 10% kesempatan untuk maju ke anafilaksis. Imunoterapi tidak dianjurkan
§  Anafilaksis
Risiko terhadap reaksi seriuslebih lanjut adalah mengalami episode shock atau kesulitan bernapas yang parah setelah sengatan. Orang dewasa mempunyai risiko yang lebih besar dari anak-anak. Setiap orang dengan riwayat suatu reaksi umum dan berat dari sengatan serangga harus dirujuk ke spesialis alergi untuk dilakukan evaluasi dan pencegahan.
3.      Pencegahan
-      Hindari berada diluar ruangan di pagi hari atau di senja hari.
-      Memeriksa dan mengamati kamungkinan gigitan kutu pada malam hari sebelum tidur.
-      Menggunakan pakaian berwarna muda, yang meliputi sebagian besar tubuh (terutama kaki) dang menghindari aroma.
-      Alergi orang harus memakai celana panjang dan sepatu saat berada diluar dan memakai sarung tangan saat berkebun.
4.      Pertolongan pertama reaksi kecil
-      Lebah biasanya meninggalkan berduri sengatan dikulit dan mati.
-      Menjentikkan sengatan keluar sesegera mungkin akan mengurangi jumlah racun yang disuntikkan.
-      Tawon dan semut banteng jarang meninggalkan sengatan dikulit. Dingin bungkus dang menenangkan krim sering membantu.
-      Kadang-kadang obat-obatan seperti antihistamin yang diperlukan, dan kortison tablet untuk menyelesaikan pembengkakan.

5.      Pengobatan
Pasien dengan mangancam hidup (anafilaksis) reaksi biasanya disarankan untuk :
§  Hindari obat yang dapat meningkatkan keparahan anafilaksis atau menyulitkan pengobatannya. Beta bloker (dan mungkin ACE inhibitor)
§  Mendesak mencari bantuan medis jika disengat.
§  Membawa injeksi adrenalin (seperti apiPen) untuk mengobati reaksi alergi parah.
§  Immunoterapi dapat mengurangi keparahan alergi.
§  Immunoterapi (desensitisasi) suntikan dapat membantu untuk “mematikan” reaksi alergi dari waktu ke waktu. Tindakan ini efektif untuk pengobatan sengat lebah dan tawon. Sayngnya, tidak ada “vaksin” pada saat ini untuk mengobati “jumper semut” alergi.
§  Immunoterapi tidak membantu pada pasien dengan pembengkakan local besar sendirian dan mungkin tidak diperlukan pada pasien dengan ruam terisolasi. Lamanya pengobatan umumnya selama 3-5 tahun.



Bab III
Penutup

A.  Kesimpulan
Istilah alergi digunakan pertama kali digunakan oleh Clemens von Pirquet bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. Reaksi alergi adalah reaksi-reaksi dari system kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera atau terluka.
Macam-macam reaksi alergi yaitu Rhinitis Alergika Musiman, Rhinitis Alergika Pereneal, Konjungtivitas Alergika, Alergi & Intoleransi Makanan, Anafilaksis, dan lain-lain. Tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali allergen, bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau makanan).
Sebuah catatan untuk diingat adalah bahwa antibiotic hanya dapat mengurangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan bukan oleh virus yang menyebabkan pilek dan flu, gejala alergi antibiotic dimulai dalam waktu 24 jam.


Daftar Pustaka